Setelah enam puluh tahun integrasi, Papua masih terus diwarnai dengan konflik dan kekerasan. Berbagai strategi telah di tempuh negara untuk mewujudkan cita-cita Papua sebagai tanah damai. Selama dua dekade terakhir, pemerintah gencar mendorong pendekatan kesejahteraan terutama melalui otonomi khusus dan pemekaran serta berbagai inpres percepatan pembangunan.
Alih-alih mereda berbagai aksi kekerasan bernuansa konflik vertikal terus merajalela mengakibatkan ratusan korban jiwa. Bentrok senjata dengan aparat keamanan, penyerangan terhadap para pekerja ‘proyek negara’, serta perusakan fasilitas-fasilitas umum, menunjukkan resistensi yang kian kuat terhadap kehadiran negara.